You Are My Reason

11

Sabtu. Hari ini aku mengira akan mengalami hari tersuntuk yang luar biasa. Aku tidak bisa bertemu dengan Mika hari ini. Akan melalui hari-hariku seorang diri dan hanya bermalas-malasan dikos-anku yang lebarnya tidak seberapa itu sembari mengutak-atik handphone ku.
Previous : Tommy
Ternyata Mika menghubungiku via BBM.

Mika: “lagi ngapain Ca?

Caca: “ga lagi ngapa-ngapain ni. Suntuk aja. Mika lagi apa?”

Mika: “Mika juga ga lagi ngapa-ngapain. Lagi main sama Toto dan Tata aja.”

Caca: “hmm enak ya..”

Mika: “Caca uda makan?”

Caca: “belum, lagi ga selera. Mika sendiri uda makan?”

Mika: “belum juga Ca. Ya uda yoo kita makan bareng.”

Caca: “beneran? Bole aja.”

Mika: “ya kalo Caca mau.”

Caca: “ok. Bole. Caca siap-siap dulu ya.”

Mika: “iya Ca. Ntar Mika jemput ya.”

Aku dan Mika makan siang di warung nasi padang sederhana dan rasanya nikmat sekali. Dia menghabiskan makan siangnya dengan lahap.

“Caca uda enakan?” tanya Mika.

“uda, alhamdulillah. Padahal pagi kemarin sempet meriang tapi siangnya langsung enakan. Hehehe”

“sukurlah. Hehehe”

Setelah makan siang, Mika mengajakku duduk di taman sambil minum es kelapa. Sederhana dan mengesankan. Rasanya begitu nyaman.

Mika bercerita panjang lebar.
“dulu Mika pernah suka sama cewe dan akhirnya pacaran, awalnya hubungan itu berjalan biasa aja. Itu waktu Mika masih sekolah dulu. Sekolah Menengah. Kemudian dia cerita kalo dia sakit parah seakan-akan umurnya uda ga panjang Ca. Dan dia ingin mengakhiri hubungan kami. Mika disitu bener-bener bingung Ca. Gimana coba, sesuatu yang uda mau lepas tapi Mika coba untuk megang itu kuat-kuat. Dan berharap ikatan itu tidak pernah lepas. Sampe ada niatan Mika untuk nikahin dia, padahal Mika masih sekolah. Mika jadi over protective banget Ca. Sampai akhirnya dia jujur kalo sebenernya dia ga sakit apa-apa. Dia cuman tidak ingin bersama Mika lagi. Mika ngerasa dikhianatin banget Ca. Mika juga pernah ngerasain kaya gitu Ca.”Aku memerhatikannya lekat-lekat. Sesaat aku melamun. Dalam hati aku berkata

 ‘ya tuhan bisakah aku memiliki laki-laki yang ada dihadapanku saat ini? Apakah aku egois jika aku menginginkannya? Dia begitu baik. Apa Aku telah  jatuh hati padanya? Ya tuhan jika dia memang takdirku pertemukanlah kami, namun jika dia bukanlah takdirku hilangkahlah rasa ini untuknya. Namun jika hamba boleh meminta izinkanlah hamba untuk mencintainya mohon dengan sangat. Mohon dengan sangat.’

Mataku mulai berembun. Dadaku sedikit nyeri. Tenggorokanku kering. Rasanya sedikit perih.

“Kenapa Ca?” tanya Mika khawatir.

“Ga kenapa-napa Mik. Cuma kelilipan.” Aku memalingkan pandangan dan menyeka air mataku. Kemudian hatiku lanjut bercerita.

‘Mika seandainya kamu tau, apa kamu masih ingin bertemu denganku?’

Kemudian aku ikut bercerita masa laluku. Masa lalu kelamku. Masa sakitku. Dimana aku hanya berteman dengan air mata dan lagi-lagi air mataku mulai tumpah. Dan aku bertanya pada Mika ...

“Mik, sebenernya apa siih alasan laki-laki ngajak pacaran? Apa ketika mereka suka mereka akan bilang suka?Kemudia jadian, terus kalo uda bosan, tinggalin aja gitu? Sebenernya apa tujuan begitu? Apa mereka ingin memilih? Tapi bukankah perempuan juga berhak memilih dan lagi tidak bisakah jika memang dia ga jadi pilihan seengganya dia bisa menerima segala kekurangan dan kelebihan masing-masing? Salah ga siih pemikiran kaya gitu? Dan lagi Caca bingung Mik, gimana siih cara laki-laki mutusin kalo ‘kamulah jodohku’?” air mataku sudah tidak terbendung.

“Ca. Ga apa-apa? Kalo mau nangis jangan ditahan. Ga apa-apa koo.” Mika menggenggam tanganku hangat.

“Ga apa-apa Mik. Caca kuat koo. (kamu yang uda membuatku menjadi kuat Mik. Kamulah alasan bagiku kenapa aku bisa bertahan sampai dengan sekarang. Kamu bisa melihatku?)

“Kalau Mika pribadi, Mika ga suka main-main Ca sebenarnya. Tujuan Mika ya inginnya kalau memang pacaran ya niatan untuk cari pendamping hidup juga. Jadi ibu dari anak-anak Mika. Dan Mika ga mau terburu-buru soal itu”. Mika tersenyum getir melihatku.


Kami menghabiskan sore itu dengan cerita pahit tanpa Mika tahu muncul tokoh baru yang secara tiba-tiba.
to be continued . . . .

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel