Mas Tommy and I

21

Belakangan ini Mas Tommy makin sering menghubungiku. Keraguan masih cenderung menyelimuti. Meskipun begitu aku masih tetap berusaha untuk mengenal. Tetapi semakin dia berusaha ketakutanku semakin bertambah. 

M.T:“iya Mas Tommy sudah yakin sama Caca” Mas Tommy terus terang.

Caca:“koo langsung yakin? Yakin karna apa Mas?” tanyaku meragukan.

M.T.:“yakin karna keluarga Caca keluarga baik-baik. Ramah, santun lagi. Kan sunah rosul hal pertama yang perlu dilihat kalau cari istri itu dilihat keluarganya dulu”. 

Caca:“kalo untuk Caca pribadi Mas uda yakin?” tanyaku lagi.

M.T:“sangat yakin malah. Mas suka lihat Caca jadi untuk sekilas sudah suka tinggal meyakinkan Caca saja untuk mau sama Mas. Kan niat Mas baik Ca.”

Previous: Oh God!

Caca:“iya niat Mas memang baik. Tapi tolong Mas beri kesempatan waktu untuk Caca berfikir. Bole kan Mas?” pintaku. 

M.T:“sangat bolehlah. Sebelum jumpa, kenal lebih jauh satu sama lain itu kan waktu untuk kita dalam menentukan. Kan ga mungkin juga Caca langsung mau. Hanya saja kalo Mas, hal yang pertama sudah mncapai umur. Yang kedua ikut sunah rosul, yang ketiga, menghindar dari fitnah. Pokoknya mencari kebaikan dunia akhirat itu tujuan utamanya”. Mas Tommy mencoba meyakinkanku. Aku bisa membaca bahwa Mas Tommy sangat berhati-hati untuk membujukku. Begitu juga denganku. Aku tidak ingin membuat keputusan yang bodoh.

Caca:“Iya Mas. Terimakasih banyak sudah memberi Caca waktu. Caca akan coba mikirin yang terbaik. Karna ini bukan untuk sementara. Tapi untuk selamanya. Insyaallah” jawabku sekenanya. 

M.T:“Iya Ca. Biasanya juga saat berfikir nanti akan datang keraguan. Disitulah Caca harus betul menentukan. Kata orang dalam menentukan pilihan disitu datang bisikan untuk mengaburkan niat. Harus benar-benar kuat”. Mas Tommy seperti bisa membaca pikiranku ketika mengatakan hal ini. Tapi sampai sekarang aku masih tidak yakin untuk benar-benar menentukan pilihan. 

Caca:“Iya Mas. Semoga Allah memberi kita petunjuk. Oya Mas, Caca boleh tau ga, Mas kenal Caca dari mana sebenarnya?”aku mencoba menyelidiki. 

M.T: “Pertama dari mamanya Mas waktu berkunjung ke rumah Caca sama kakak sepupu mas. Temannya mama Caca. Sepulangnya, mama bilang “Mama tadi abis dari rumah teman supupu Tommy. Ada calon cantik buat Tommy, namanya Caca. Coba cari nomor hapenya” Mas Tommy setahun ini sudah coba cari kesana sini. Di Facebook juga, akhirnya dapat. Karna nyari pake nama belakang Caca. Terus Mas liat Facebooknya Caca ga pernah aktif Mas coba add kakaknya Caca. Mas minta pinnya Caca. Akhirnya kemarin dikirim pin Caca. Itulah awal Mas BBMan sama Caca. Gitu ceritanya lebih kurang Ca. Mas juga yakin dengan Caca juga karena mama Mas suka dengan Caca. Sampe beliau suruh Mas cari tau nomor kontak Caca. Gituuu hehehe”. 

Caca:“ooh gitu. ya ampun Mas, Caca jadi malu. Uda lama juga ya.”Apa itu benar? Fikirku. Tetapi rasanya ada sesuatu yang aneh. Dan aku tidak mengerti akan hal itu. 

M.T:“Iya uda setahunan Ca. Mama Mas selalu nanya, gimana uda ketemu sama Caca? Gimana gimana. Makanya Mas cari terus. Alhamdulillah, semoga ga sia-sia ya. Hehehe”

Caca:“maaf Mas, kalo Caca uda buat Mas kerepotan gitu. Oh ya gimana pertemuan kita kemarin Mas? Mas Tommy Seneng?” aku mencoba mengganti topik pembicaraan. 

M.T:“seneng banget Ca, ternyata Caca cantik banget dan inner beautynya keluar. Lembut lagi” goda Mas Tommy. 

Caca:“bisa aja Mas Tommy. Mungkin karena baru pertama kali ketemu kali ya makanya kesannya gitu. Lama-lama mungkin bakal enneg eheheh. Caca kaya anak-anak kan Mas kelakuannya?”

M.T:“hehehe Caca keliatan manja. Mas suka!”.

Caca:“Iya Mas, Caca memang manja. Caca kira mas bakalan illfeel sama Caca.”

M.T:“Ga koo Ca. Mas suka banget. Maaf ya Ca. Mas kikuk banget. Malu. Ehehe”.

Tanpa terasa malam semakin larut. Aku tertidur dan tanpa sengaja mengabaikan pesan dari Mas Tommy. 


to be continued . . . 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel