Mika and I part 2

7

Sesampainya di mall aku dan Mika mengelilingi Gramedia. Kami berada di tengah-tengah surganya buku. Aku suka sekali berburu buku-buku bacaan menarik. Sesekali menemukan buku aneh dan membuat kami tertawa. Hatiku juga ikut tersenyum. Aku tidak pernah sekalipun jalan-jalan seperti ini. Tak bisa ku pungkiri aku tidak ingin ini berakhir begitu saja. Aku ingin selamanya seperti ini. Mendengar ceritanya. Melihat senyum lepasnya. Melihat mata coklatnya berbinar. Aku BAHAGIA.
Previous : Mika and I part 1
Selesai mengelilingi Gramedia....

“yoo Mik, Caca temenin main tamiya”.

“uda liat-liatnya?”

“uda hehehe”.

are you sure?”

“yeah”.

Kami menyusuri khalayak ramai menuju sirkuit tamiya. Ternyata di sana hanya laki-laki dan beberapa teman Mika juga. Seketika aku malu. Aku ingin mundur. Tapiiiiiii.......

“ayo Caca sini. Duduk disini aja” tarik Mika sambil menyodorkan kursi dan mempersilakan aku duduk di sebelahnya di antara teman-teman bermainnya. Aku menahan diri bersikap senatural mungkin. Sesekali Mika menghampiriku dan bercerita tentang tamiya dan lagu anak-anak yang diputar di wahananya. Mika tanpa sadar melanjutkan lantunan nyanyian tersebut. Lalu kami saling bertatapan dan tertawa berbarengan. Aku melihat keringat di wajahnya. Ingin aku meraihnya, namun tanganku tertahan tak kunjung sampai.

Azanpun berkumandang....

“yoo kita solat dulu” ajak Mika.

“yoo”

Selesai solat kamipun berjalan kembali...

“uda puas Mika mainnya?” tanyaku.

“puas. Kan 1 jam man juga tadi Mika main”.

are you sure? Kalo belum puas Caca temenin lagi yoo. Ga apa-apa koo”.

i am sure Ca, yoo kita makan malam dulu”.

Kami pun keluar dari mall dan berencana mencari tempat makan.

“Caca ga apa-apa kalo makan di tempat kaya gitu?” Mika bertanya sembari menunjuk warung makan kaki lima.

“Kenapa memangnya? Caca pernah makan disitu.” Jawabku sambil menunjuk salah satu warung makan kaki lima.

Mika pun menghentikan motornya di warung yang aku tunjuk tadi.

“ini kalo ga enak, Caca yang salah ya....” ledek Mika.

“weeeeek” balasku sambil menjulur lidah.

Kamipun makan di salah satu warung nasi goreng seafood. Mika memesan nasi goreng seafood biasa dan aku memesan nasi goreng seafood plus mata sapi dan jus apel kesukaanku.

“suka jus apel ya?”

“iya hehehe”

Sambil makan Mika bercerita banyak hal. Sehingga aku tau keluargaku mengenali keluarganya Mika. Benar-benar di luar dugaan. Tiba-tiba telfonnya berdering.

“assalamu’alaikum bu.....”

“.............” aku hanya memerhatikan Mika berbicara dengan ibunya di telfon.

“Sorry Ca, my Mom” tujuk Mika.

“iya Mik. Ada apa?” tanyaku.

“ga ada apa-apa Ca, adik-adiknya Mika ngambek ga Mika temenin belanja tadi. Jadi ngelapor ke ibu”.

“haduuuuh, jadi gimana dong. Maaf ya Mik. Semua gara-gara Caca”.

“hahaha, ga apa-apa koo Ca. Mereka memang keseringan gitu. Apa apa nunggu kakaknya dulu”.

“jadi gimana dong Mik. Tadi Mika bilangnya free. Kita pulang sekarang?” ajakku.

“ga apa-apa Ca. Tenang aja. Hehehe habisin aja dulu nasi gorengnya”

“iya deh”.

Porsi makanku ga banyak dan Mika bantu abisin nasi gorengku. Aku melihatnya menghabiskan nasi gorengku..... duuuh pikiranku terlalu jauh.

Selesai makan kamipun bergegas pulang. Di sepanjang jalan kami ikut diriuhkan oleh taburan ribuan bintang yang kerlap-kerlip dan bulan yang bersinar terang.

Sesampainya dirumah.....

thank you so much ya Mik, hari ini Caca bener-bener seneng. Hehehe. Mika ga malu jalan sama Caca?

“malu kenapa?”

“ntah Mik, rasanya dulu waktu jalan sama mantan ga pernah beriringan apalagi jalan di keramaian gitu. Selalu Caca ditinggal di belakang. Do i look so ugly?”

“hahaha, ga koo. Caca cantik koo. Justru Mika yang harusnya nanya, Caca ga kapok nemenin Mika main tamiya? Kan bosan karna ga ikutan main”.

“aaah engga koo Mik. Caca seneng-seneng aja. Bagus deh kalo Mika ga malu jalan sama Caca. Mika ga cape?”

“engga koo Ca. Mika juga seneng. Lain kali masih mau jalan sama Mika?”

“Hehehe ok ok aja J

“Ya udah Mika pamit dulu ya..”

“ya Mik, hati-hati ya...”

“Iya Ca. Thanks J

I feel so happy. Sehingga mataku sulit untuk aku pejamkan. Setiap hal masih terbayang jelas melintas di pikiranku, seperti apa raut wajah Mika saat mengajakku jalan dan seperti apa goresan di pipinya. Aku bercerita pada Tari. Tentu saja Tari jadi iri. Hehehe dia juga sangat ingin jalan-jalan seperti itu dengan Tama. Sayangnya untuk saat ini mereka tidak bisa bertemu karena Tari masih di kampung halamannya dan Tama di sini.
Next : Secangkir Kacang Hijau

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel