Taman Kucing
10 January 2017
2
“Ca.
Ntar temenin Tari solat magrib di mesjid yoo” ajak Tari. Tari itu temanku
yang baru aku kenal. Dia juga salah satu mahasiswi tingkat akhir tempatku
bekerja. Meskipun aku baru mengenalnya tapi rasanya aku sudah lama mengenalnya.
Aku begitu nyaman didekatnya.
“Kita
berdua aja Tar?”
“Engga
Ca. Tari sama Tama. Caca sama Mika, gimana?”
“Kenapa
berempat aja?” tanyaku bingung.
“udaaaah.
Ikutan aja. Ntar sambilan nunggu magrib kita ke taman dulu, nyantai. Ya ya ya”.
“oke
deh Tar. Tapi apa Mika ga keberatan antar Caca pulang? Caca kan ga bisa bawa
motor. Caca juga lagi ga bisa solat Tar” keluhku.
“
Ga apa-apa koo Ca” jawab Mika yang tiba-tiba muncul dari belakang punggungku.
Setibanya
di taman, banyak anak-anak, gelembung dan ada kucing juga. Kesukaanku dan Mika.
Tama dan Mika mencari jajanan untuk kami berempat. Sedangkan tugas kami mencari
tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol.
“Ca.
Caca lagi deket ya sama Mika? Tama juga ngerasa gitu” tanya Tari tiba-tiba.
Aku
tertawa. “kenapa kalian berpikiran gitu? hehehe”
“Tama
bilang, dia ga pernah liat Mika kaya gitu. Semangat gitu Ca diajak jalan,
biasanya ga pernah gabung”.
“oh
ya? Mungkin perasaan kalian aja kali” aku menyangkalnya.
Tama
dan Mika kembali dengan membawakan kentang goreng, siomay, dan air mineral.
“Ayo
dimakan”. Sodor Mika ke kami.
“Iya”
jawabku dan Tari kompak.
“ssss.....
pedes banget siomaynya” lirihku sambil menjulurkan lidah yang kepedesan dan
mengipas-ngipasnya.
“ah
masa? Engga koo” bantah Tari.
“iya
pedes banget lhoo...” sambung Mika.
“Hoooo
jangan-jangan kalian ga bisa makan pedes yaa?” goda Tama.
“Hehehe”
cengirku dan Mika, kompak.
“Eh
selfie yoo” ajak Tari. Tari ini paling seneng selfie. Kalo uda kemana-mana ga
selfie bukan Tari namanya.
Ceklek
ceklek ceklek. Selfie pun dimulai. Aku tertawa lepas, candaan Tama begitu
mengguncang perut. Sifat rakusnya itu bikin kami semua ngakak. Koplak banget.
Azanpun
berkumandang. Kami bergegas menuju mesjid. Kami berjalan sambil membelakangi seperti
pose pada album The Beatles, Abbey Road.
Karna macetnya sore itu membuat jalan begitu padat dan aku berjalan sempoyongan
karna menggunakan heels. Mika menarik lenganku.....
“Ca
hati-hati. Kemari lagi..”.
“Iya
Mika. Caca ga apa-apa koo” jawabku tersipu.
Kebetulan
aku sedang haid, jadi aku menunggu mereka di luar mesjid.
“Caca
tunggu disini aja ya” perintah Mika.
“Iya
Mika” anggukku.
Selesai
solat Mika menghampiriku duluan.
“Yoo” ajaknya. Aku membalas senyum.
“Biarin
Tama dan Tari jalan berdua. Mereka mau berdua” ucap Mika.
“Ooooh”
jawabku polos tanpa mengerti maksud Mika yang sebenarnya.
“kayanya
baru tadi ya bisa liat Caca ketawa lepas gitu” Mika memulai pembicaraan.
“Oh
ya? Jadi malu hehhe”.
“Iya,
makanya Caca jangan keseringan manyun-manyun gitu. Heheheeh Ca, sebenernya
kucing jalananpun kalo kita rawat jadi cantik juga kan?” Mika menunjuk kucing
yang melintasi jalan, terlihat tidak terawat dan sedikit kurus.
“Iya,
Caca di rumah piara kucing kampung. Kadangan Caca mandiin juga walaupun
kucingnya suka nyakarin Caca. Hehehe”.
“Iya
Mika juga miara kucing kampung ehehe”.
Next : Tari Si Mak Comblang Gagal