Taman Kucing

2

“Ca. Ntar temenin Tari solat magrib di mesjid yoo” ajak Tari. Tari itu temanku yang baru aku kenal. Dia juga salah satu mahasiswi tingkat akhir tempatku bekerja. Meskipun aku baru mengenalnya tapi rasanya aku sudah lama mengenalnya. Aku begitu nyaman didekatnya.

“Kita berdua aja Tar?”

“Engga Ca. Tari sama Tama. Caca sama Mika, gimana?”

“Kenapa berempat aja?” tanyaku bingung.

“udaaaah. Ikutan aja. Ntar sambilan nunggu magrib kita ke taman dulu, nyantai. Ya ya ya”.

“oke deh Tar. Tapi apa Mika ga keberatan antar Caca pulang? Caca kan ga bisa bawa motor. Caca juga lagi ga bisa solat Tar” keluhku.

“ Ga apa-apa koo Ca” jawab Mika yang tiba-tiba muncul dari belakang punggungku.

“Hmm. Ok deh”. 
Previous : Caca
Setibanya di taman, banyak anak-anak, gelembung dan ada kucing juga. Kesukaanku dan Mika. Tama dan Mika mencari jajanan untuk kami berempat. Sedangkan tugas kami mencari tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol.

“Ca. Caca lagi deket ya sama Mika? Tama juga ngerasa gitu” tanya Tari tiba-tiba.

Aku tertawa. “kenapa kalian berpikiran gitu? hehehe”

“Tama bilang, dia ga pernah liat Mika kaya gitu. Semangat gitu Ca diajak jalan, biasanya ga pernah gabung”.

“oh ya? Mungkin perasaan kalian aja kali” aku menyangkalnya.

Tama dan Mika kembali dengan membawakan kentang goreng, siomay, dan air mineral.

“Ayo dimakan”. Sodor Mika ke kami.

“Iya” jawabku dan Tari kompak.

“ssss..... pedes banget siomaynya” lirihku sambil menjulurkan lidah yang kepedesan dan mengipas-ngipasnya.

“ah masa? Engga koo” bantah Tari.

“iya pedes banget lhoo...” sambung Mika.

“Hoooo jangan-jangan kalian ga bisa makan pedes yaa?” goda Tama.

“Hehehe” cengirku dan Mika, kompak.

“Eh selfie yoo” ajak Tari. Tari ini paling seneng selfie. Kalo uda kemana-mana ga selfie bukan Tari namanya.

Ceklek ceklek ceklek. Selfie pun dimulai. Aku tertawa lepas, candaan Tama begitu mengguncang perut. Sifat rakusnya itu bikin kami semua ngakak. Koplak banget.

Azanpun berkumandang. Kami bergegas menuju mesjid. Kami berjalan sambil membelakangi seperti pose pada album The Beatles, Abbey Road. Karna macetnya sore itu membuat jalan begitu padat dan aku berjalan sempoyongan karna menggunakan heels. Mika menarik lenganku.....

“Ca hati-hati. Kemari lagi..”.

“Iya Mika. Caca ga apa-apa koo” jawabku tersipu.

Kebetulan aku sedang haid, jadi aku menunggu mereka di luar mesjid.

“Caca tunggu disini aja ya” perintah Mika.

“Iya Mika” anggukku.

Selesai solat Mika menghampiriku duluan.

 “Yoo” ajaknya. Aku membalas senyum.

“Biarin Tama dan Tari jalan berdua. Mereka mau berdua” ucap Mika.

“Ooooh” jawabku polos tanpa mengerti maksud Mika yang sebenarnya.

“kayanya baru tadi ya bisa liat Caca ketawa lepas gitu” Mika memulai pembicaraan.

“Oh ya? Jadi malu hehhe”.

“Iya, makanya Caca jangan keseringan manyun-manyun gitu. Heheheeh Ca, sebenernya kucing jalananpun kalo kita rawat jadi cantik juga kan?” Mika menunjuk kucing yang melintasi jalan, terlihat tidak terawat dan sedikit kurus.

“Iya, Caca di rumah piara kucing kampung. Kadangan Caca mandiin juga walaupun kucingnya suka nyakarin Caca. Hehehe”.

“Iya Mika juga miara kucing kampung ehehe”.

Kemudian dia mengantarku pulang dan berbicara banyak hal di atas motor yang berlaju begitu pelan dan dibuntuti oleh bulan yang terlihat iri dengan kesendiriannya.
Next : Tari Si Mak Comblang Gagal

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel