Perahu Usang
23 May 2017
25
Perahu Usang |
Malam tiba. Sudah seminggu ini Mika tidak pernah menghubungiku lagi. Mungkikah Mika ragu terhadapku? Aku merasa sangat kesepian semenjak Mika berubah. Hari-hariku terasa kosong dan tidak berarti. Aku masih bertanya-tanya kenapa Mika menjauhiku. Apa salahku? Sebegitukah dia membenciku? Bahkan pintu yang dulunya kerap terbuka dan muncul seonggok senyuman itu, kini kembali tertutup rapat dan enggan untuk terbuka kembali.
Previous: Jarak Kebahagiaan dan Kesedihan Itu Hanya Berkisar Antara Bola Mata Hitam Dan Putih
Melihat perubahan Mika yang seperti ini terhadapku, membuatku tergerak untuk membuka hati untuk Mas Tommy. Tapi aku takut, seandainya aku bersama Mas Tommy, tidakkah itu akan menyakiti Mika? Aku ga mau Mika tersakiti karnaku. Jujur untuk saat ini aku masih belum bisa membuka hatiku untuk Mas Tommy.
Aku merasa saat ini aku sedang berada di sebuah pelabuhan tua dan asing. Aku hendak menyebrang ke pulau seberang, namun yang ada di hadapanku hanya tersedia dua perahu usang yang menuju ke pulau yang sama. Tetapi aku bingung harus menaiki perahu yang mana. Akankah aku harus memilih perahu yang ini atau yang itu. Akankah perahu itu mengantarkanku ke tujuan?
Lamunanku terhenti sesaat setelah ucapan Tari terlintas di kepalaku dan menyuruhku untuk membuka hati untuk Mas Tommy. Karna mungkin Tuhan mengirimkan Mika hanya untuk hilangkan sedihku di saat patah hati. Namun dia tidak dikirim Tuhan untuk mengisi hatiku.
Aku memandangi foto Mika lekat-lekat. Kenangan demi kenangan mulai terlintas dari satu foto itu. Suaranya terasa dekat sekali dan senyumannya begitu hangat juga menenangkan. Tanpa sadar air mataku jatuh menetes membasahi foto Mika. Aku menjadi sangat cengeng akhir-akhir ini. Aku mencoba melupakan Mika yang telah menjauhiku tanpa sebab. Dan aku mencoba membuka hatiku untuk Mas Tommy. Aku mencoba meyakinkan diri sendiri lewat mimpiku yang berulang kali tentang Mas Tommy.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Karna aku tidak memiliki ikatan apa-apa dengan Mika. Bahkan untuk menanyakan kabarnya saja aku tidak berhak. Aku hanya bisa menerka-nerka apa yang ada dipikiran Mika, apa yang sedang Mika lakukan dan dimana Mika berada? Mungkin Mika sudah memikirkan kalau inilah yang terbaik. Jika memang ini sudah jalan Tuhan, aku hanya bisa menerimanya. Aku terpuruk oleh jalan pikiranku sendiri dan hanya mencari-cari celah untuk bisa muncul kembali. Apa yang ada dipikiranku hanya menjadi sebuah beban yang begitu menyesakkan hidupku.
To be continued . . .