Tommy

10

Kebahagiaanku berakhir, begitulah pikirku. Malam ini Yesi, teman lamaku mengajak menemaninya berbelanja. Selesai belanja kami makan malam di sebuah cafe. Tak lama handphoneku berdering. Terlihat ada undangan pertemanan baru di BBM. Aku melihat namanya Tommy.
Previous ; My Viyamin
Cerita sebelumnya, kakakku menceritakan kalau ada seseorang yang ingin mengenaliku dan namanya Tommy yang katanya sudah lebih dulu mengenaliku. Aku menerima pertemanannya. Kemudian Tommy mulai chat denganku berbarengan chat dengan Mika juga.

M.T:“salam” sapa Tommy.

Caca: “salam kembali” balasku.

M.T: “apa kabar Caca, kita ga pernah jumpa ya. Padahal tempat kerja kita berdekatan.”

Caca: “iya. Ga pernah jumpa memangnya Mas Tommy kenal Caca?

M.T: “kenal. Mama Mas pernah ke rumah Caca.”

Caca: “oh ya? kapan?

M.T: “lebaran tahun lalu. Mohon maaf Ca, Caca sudah punya calon belum? Mau ga Caca taarufan sama Mas?

Caca: “haduuh Caca jadi kaget. Gimana ya” sontak akupun kaget. Aku menunjukkan isi chat-an ku dengan Tommy kepada Yesi. Kemudian Yesi menyuruhku stalking Facebook atau Instagram miliknya. Sudah lama sekali aku tidak menggunakan Facebook. Karena malam itu aku dengan sengaja membukanya kembali. Kemudian aku mulai stalking....

“Yesi ternyata ini orangnya” aku menunjukkan foto Tommy.

“Iiih cakep ya Ca. Mau aja Ca. Haha” bujuk Yesi.

“Ih gila! Kenal aja belum” rengutku dan kembali chat dengan Tommy.

M.T: “kenalan dulu Ca. Siapa tau jodoh. Kalau memang Caca belum ada calon, kalau sudah ada calon ya jangan. Mas begitu liat Caca jadi suka. Taaruf kan niatnya baik. Kalaupun Caca tidak berkenan dengan Mas kita bisa temenan juga kan, silaturahmi.”

Lama aku tidak membalasnya. Aku dan Yesi memilih pulang selesai makan malam. Pikiranku tiba-tiba tertuju ke Mika. Air mataku mulai membendung. Tidak jatuh juga enggan untuk masuk kembali. Tadinya aku mengira akan sangat mudah untuk menolak ajakan Mas Tommy. Tapi kemudian aku berfikir, apa Mika punya perasaan denganku? Apa Mika ingin bersamaku? Apa Mika menyukaiku?Mika...Aku terus memanggil nama itu.

Previous : My Vitamin
Selama ini Mika juga  bercerita selalu dikecewakan oleh wanita yang pernah ada didekatnya. Dan aku tidak ingin menjadi wanita yang kesekian untuk menyakitinya. Tapi selama ini Mika tidak pernah mengutarakan perasaannya kepadaku.Apa mungkin  Mika hanya menganggapku teman? Apa mungkin Mika tidak punya perasaan apa-apa ke aku? Ya tuhan aku benar-benar bingung. Kemudian aku membalas chat-an Mas Tommy kembali.

Caca: “iya Caca memang belum ada calon. Iya. Ga ada salahnya memang kita saling mengenal. Mas Tommy harus mikir juga gimana baiknya. Jangan buru-buru. Pikirkan semua dengan matang dan dengan hati tenang.” Aku membalasnya dengan mata berkaca-kaca. Aku harap ini keputusan yang terbaik.

M.T: “Iya Ca. Mas sudah berumur 28 jadi sudah matang kalau segi umur. Mas belum pernah dekat dengan perempuan. Sekali seumur hidup juga kan. Kita perlu kenal dulu satu sama lain. Mamanya Mas sudah liat Caca dan langsung setuju katanya. Caca juga dari keluarga baik-baik dan Caca juga cantik.”

Caca: “ooh ya ampun mas. Tapi seengganya mas harus kenal sifat satu sama lain dulu. Bisa jadi setelah ketemu sama Caca, mas uda ga seneng sama Caca.”

M.T: “Kan belum kenal Ca. Juga sabaliknya kan bisa jadi malah Caca yang ga suka sama Mas nantinya. Itulah perlunya taarufan saling kenal satu dengan yang lain. Nanti waktu ketemu, mas ceritain semua tentang kondisi Mas. Tenang aja. Mas ga seseram yang Caca bayangin koo. Ga perlu sungkan. Mas orangnya biasa aja. Hehehe.”

Caca: “iya Mas. Insyaallah ntar kita juga bisa kenal satu sama lain. Caca juga harus meyakinkan diri dulu.”

M.T: “iya Ca. Memang yang baik-baik nanti akan dilanda keraguan. Siapapun itu. Kuatkan hati untuk meyakinkan. Kalau kekurangn setiap orang punya kekurangan dan kelebihannya.”

Caca: “Iya dan Caca banyak kekurangannya Mas. Mas juga harus meyakinkan diri juga. Kalau Mas serius ini bukan hanya sekedar saling kenal untuk sementara.”

M.T: “kita perlu taaruf dulu semoga ada kesesuaian antara kita. Juga harapan Mas, Caca bisa terima Mas apa adanya. Caca merasa banyak kekurangan kan memnurut Caca. Tapi menurut Mas, Caca banyak lebihnya. Saling melengkapi, itu  aja prinsipnya kita sudah bisa jalani. Mas juga bukan orang yang sempurna.”

Caca: “ga ada yang sempurna mas. Yaa kalo jodoh pasti ga akan kemana. Ikuti jalan Allah saja dulu. Semoga Allah menerangi jalan kita.”

M.T: “amin. Nanti kapan Caca ada waktu aja kita ketemunya ya. Nanti mas kabari lagi.”

Caca: “insyaallah mas.”

Malam itu dilalui dengan chat-an yang begitu panjang dan membuat semangatku sedikit berkurang. Fikiranku terus tertuju pada Mika. Bagaimana kalau Mika tau? Apa dia akan 
menerimanya begitu saja? Ataukah Mika akan lebih tau apa yang harus Mika lakukan?


Next : You Are My Reason
To be continued .....





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel