Yakinkah Aku?
10 May 2017
23
Tari mengunjungiku ke kantor. Kami bercerita banyak hal. Aku menumpahkan segala keluh kesahku.
“Tar, sebenernya Caca uda mulai istikharah. Uda 2 kali dan dua-duanya .... (aku sempat terdiam sesaat, menunduk) Caca mimpiin Mas Tommy. Tapi Caca mau lengkapin sampe 7 kali Tar. Biar tambah yakin dan siapa tau mimpi Caca bisa berubah kan Tar.”
Previous: Lagi dan Lagi
“Iya Ca. Lengkapin aja, mungkin bisa berubah.”
“Tar, salah ga seandainya Caca coba buka hati buat Mas Tommy dan seandainya juga Mika punya perasaan ke Caca tapi Mika ga pernah terus terang ke Caca itu gimana? Sedangkan orang yang Caca harapin itu dia”
“jangan terlalu difikirkan Ca. Ga koo Ca. Caca ga salah.”
“Iya Tar makasi. Caca ingin meyakini diri sendiri dulu. Fix Mika nya mundur i will say “Yes” buat Mas Tommy” pikirku putus asa. Mataku berkaca-kaca. Tari memegang pundakku menenangkan.
“Dia ga pernah hadir lagi Tar.” Sambungku seperti orang bodoh yang terus mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin akan terjadi.
“uda ga perlu mikirin Mika lagi. Doa Caca uda kejawab, Caca fokus sama Mas Tommy aja.”
“hmm iya Tar, walopun sebenarnya masih ada sedikit harapan yang Caca tunggu. Ya sudahlah Tar. Mungkin Mika memang bukan jodoh Caca.” Aku putus asa.
“Iya Ca. Kalo jodoh pasti ada jalannya.”
“berarti soal doubledate itu ga perlu lagi kan Tar, kencan itu hanya akan menyakiti orang-orang. Termasuk Caca.”
“iya Ca. Ganti Mika kita ajak Mas Tommy aja, gimana.”
“ga enak dong sama Mikanya. Kita kan janjinya sama mereka, ga mungkin kan kita ganti orang semudah itu.”
“ya uda. Kita ajak aja dulu. Kalo Mika ga mau baru deh kita ajak Mas Tommy.”
“iya deh Tar. Hanya saja, kalo ketemu sama Mika lagi takutnya malah baper lagi. Dan Mika bisa jadi berubah lagi. Caca yakin Mika hanya trauma sepertinya.”
“iya Ca. Nanti kalau sudah ketemu baru bisa kita pastikan.”
“iya Tar. Sekarang ini kita cuma bisa menerka-nerka.” Aku menggigiti jari-jariku dan termenung seketika.
to be continued . . . .