Apakah Keputusanku Salah?
23 October 2017
44
Apakah Keputusanku Salah? |
Sekitar jam 22.00 malam Mas Tommy menghubungiku lewat BBM. Dia mengirim pesan begitu panjang yang isinya “salam Caca. Mas Tommy sebelumnya mohon maaf mungkin kalau ada salah selama ini dengan Caca. Mas ga tau harus bilang gimana. Harapan mas kita bisa berjodoh tapi setelah melihat jawaban Caca yang ga pasti dan ragu dengan keseriusan Mas, mungkin sekaranglah Mas harus mengambil keputusan daripada kita berlarut tanpa kepastian. Mas akui dari pertama kenal Mas bukanlah orang yang romantis. Juga ga bisa ikutan seperti orang-orang pacaran yang mungkin seperti itu yang Caca harapkan. Mungkin juga karna usia Mas terlalu tua untuk Caca. Mas yakin Caca bisa dapatkan yang jauh lebih muda dari Mas. Juga dalam beberapa hari ini kita semakin jauh. Benar memang seperti yang Caca bilang kalau jodoh memang tidak akan kemana. Mungkin Caca ada orang lain yang Caca pertimbangkan selain Mas. Mas harap kita bisa menjalin silaturahmi seperti biasa namun sebagai teman. Mas selalu mendoakan yang terbaik untuk Caca ke depannya. Mas ga mungkin nunggu dengan ketidakpastian. Mas sudah mencoba mencari Caca dan menemukan untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun mas juga udah prediksi seandainya begini kejadiannya Mas Tommy harus iklas. Tapi itu semua sebelumnya juga keputusan dari Caca. Sekali lagi Mas mohon dimaafkan jika ada salah kata dan sikap mas yang membuat Caca tidak nyaman. Salam kenal untuk mama dan keluarga”.
Lagi-lagi aku tersentak dengan pesan Mas Tommy yang begitu panjang yang ku terima sudah larut malam. Esok hari aku mulai mencoba mencerna setiap kata yang dikirimkan Mas Tommy. Seketika aku merasa seperti tersambar halilintar yang keras. Aku merasa sudah menjadi orang yang sangat jahat. Aku juga masih tidak begitu yakin dengan mimpi-mimpi yang dulu aku alami. Yang aku tau jantungku berdegub lebih kencang disaat aku bersama Mika. Namun aku tidak tau apakah Mika juga merasakan hal yang sama. Aku sadar, aku bisa saja tidak dapat memiliki Mika ataupun Mas Tommy. Ini sudah menjadi konsekuensi dari keputusanku.
Mengenai mimpiku, aku sama sekali tidak bisa menemukan titik terang. Samar-samar. Sungguh! Rasanya begitu berat untuk memilih salah satu diantara keduanya. Aku mengira mungkin saja aku memimpikannya karna waktu itu Mika sedang menjauhiku dan Mas Tommy terus muncul mendekatiku. Bisa saja mimpiku terbawa emosi. Aku juga belum bisa melihat secuil cinta dari Mas Tommy untukku. Karena aku masih sangat-sangat baru mengenalnya. Aku tidak tau Mas Tommy seperti apa. Sulit untukku meyakinkan diri. Bahkan nama lengkapnya saja aku belum tau. Apa mas Tommy benar-benar mencintai aku? sedangkan kami baru saling kenal. Walau kata orang cinta itu bisa datang belakangan, namun bagiku itu begitu sulit. Walaupun aku dianggap jahat olehnya, tapi maaf aku masih belum bisa memilihmu, Mas. Bukan berarti aku juga akan memilih Mika. Aku masih butuh waktu untuk berfikir.
Aku sudah mencoba membuka pintu hati untuknya. Aku sudah berusaha. Namun hatiku juga tidak terketuk oehnya. Tempat itu sudah ada yang menempati dan rasanya begitu sulit untuk menjamunya dengan orang lain. Walau aku juga harus menunggu hal yan tidak pasti bahkan harapan itu bisa saja menghancurkanku. Namun aku lebih memilih untuk menikmatinya, menunggunya.
Lama aku tidak membalas pesan itu. Sangat lama. Aku berpikir panjang. Apa yang harus aku lakukan, aku pasrah. “maaf Mas semalam Caca ga pegang hape karna lagi sibuk. Maaf kalau Caca ga seperti yang Mas harapkan. Maaf kalo Caca sudah membuat mas kecewa. Tapi Caca ga bermaksud begitu. Bukan masalah mas gimana atau gimana. Bukan Caca ga kasih kepastian. Tapi Caca ga bisa ngasi jawaban secepat itu. Caca baru mengenal mas sebulan ini. Mungkin Mas sudah kenal Caca lama. Sedangkan Caca kan engga. Caca ga kenal Mas dengan jelas. Mas ga usa minta maaf. Mas ga salah apa-apa” begitu balasku akhirnya.
Aku tidak tau kenapa Allah mengenalkanku dengan Mas Tommy. Apakah Mas Tommy hadir sebagai orang yang akan menjadi suamiku ataukah dia hanya sebagai penguji antara hubunganku dan Mika. Ataukah mungkin Mas Tommy hanya perantara untukku bisa meyakinkan diri dalam mengambil keputusan.
previous: Balik ke Kota
to be continued . . .