Bodoh

47

Can't You See Me?
Bodoh

Tak lepas dari masalah Mas Tommy, lebih kurangnya aku sedikit menceritakan pada temanku Mei. Aku menceritakan bukan hendak untuk mencari solusi. Aku hanya ingin beban yang ada di kepalaku sedikit berkurang. 

Aku menceritakan pada Mei, karna aku merasa sepertinya Tari mulai sedikit bosan mendengar ceritaku terus-terusan tentang Mika dan Tari kekeh menyuruhku memilih Mas Tommy. 

Caca:“Mei kenapa ya, Mika ga pernah terus terang tentang perasannya ke Caca. Mau sampe kapan Caca harus nunggu Mei?” aku memulai nge-line. 

Mei:“Caca serius sama Mika nih?”

Caca:“Hmm. Ntahlah, memangnya kenapa? Caca seneng kalo deket Mika. Memangnya dia ga serius ya?”

Mei:“Mei ga tau juga, kaya kemarin-kemarin waktu kita makan siang. Dia dikit-dikit muji Caca, godain. Ntah itu candaan ntah serius ntah kode-kodean. Ga paham sama sikap Mika. Kalau dibilang dia takut nyakitin Caca, justru sikap dia yang kaya gini malah secara ga langsung uda nyakitin. Padahal dia uda tau Caca juga suka. Terus kalau memang ga niat nyakitin atau ga yakin kenapa mesti ada perempuan lain? Bingung jadinya ngeliat sikap Mika yang kaya gini”

Aku memang tidak membatasi pergaulan Mika untuk mengenali perempuan-perempuan lain. Toh tidak ada salahnya untuk mengenal. Karena menurutku setelah kita bisa mengenal beberapa orang, dari sanalah kita bisa menentukan pilihan yang menurut kita baik. Terlebih aku bukan siapa-siapanya Mika. 

Caca:“mungkin dia bermaksud untuk cari yang terbaik Mei. Dia memang pernah bilang dia ga buru-buru soal itu. Karna dia niatnya serius. Tapi apa Caca ga cukup serius untuk dia, ya? Bisa ga ya Mika sedikiiiiiit aja tegas tentang perasaannya. Seengganya ga usa ada wanita lain di hatinya. Walaupun itu sendiri bukan Caca. Tapi cukup sekedar teman tidak untuk selalu menemaninya. Caca juga siap pergi jika memang bukan Caca orangnya”.

Mei:“tapi kan dia uda liat niat Caca. Itulah maksud Mei”.

Caca:“iya Mei. Dan dia ga benar-benar bisa melihat kalo Caca bener-bener serius walaupun Caca ga bisa tunjukkin lewat kata-kata sebesar apa keseriusan Caca”

Mei:“memangnya kalo Caca mau dia serius kan bukan berarti besok nikah kan. Ya kan?”

Caca:“ya iya. Maksud Caca dia tegas kalau memang cuma ada Caca di hatinya cukup Caca aja. Caca ga masalah digantungin asalkan kalo memang hanya ada Caca di hati dia. Ga ada Yeni ataupun Santi atau inilah itulah. Caca selalu berusaha untuk ga terlalu berharap tapi Caca uda terlanjur hanyut Meeei”

Mei:“sabar Ca. Mika juga suka sama Caca sebenarnya. cuma ada hal yang dipertimbangkan untuk ga melangkah terlalu jauh”.

Caca:“Mau sampe kapan?”

Mei:“Caca butuh kepastian yang gimana?”

Caca:“Caca hanya ingin tau kalo dia suka Caca, Caca akan nunggu dia sampe kapanpun. Tapi Caca ga niat untuk main-main. Kalo memang suka dan ada niat untuk berkomitmen Caca bersukur banget”.

Mei:“dia pernah ga cerita soal Yeni atau Santi?”

Caca:“Pernah siih tapi cuman teman katanya. Tapi ga pernah cerita kalo dia suka mereka, justru kalo deket Caca dia sering godain Caca gitu, Mei. Tapi Caca ga betul-betul mengerti apa itu artinya”

Mei:“menurut Mei dia cerita biar Caca ga salah paham tentang mereka. Jadi sebenarnya dia itu suka hanya saja ga ngungkapin lewat kata-kata tapi lewat tindakan”.

Caca:“iya sebenarnya siih bagus gitu. Cuma Caca jadi bertanya-tanya dan ingin tau. Mika pernah bilang ke Tama. Dia suka Caca. Kalo ga ketemu sehari sama Caca ga enak. Serasa ada yang kurang”.

Mei:“tapi yang namanya kita cewe pasti butuh kata-kata itu”.

Caca:“iya tindakan dia yang buat Caca jatuh hati. Dia selalu ngejaga Caca kaya bener-bener ngejaga seorang wanita. Iya tapi Caca juga ga buru-buru untuk dengar kepastian itu. Hanya saja Caca ga ngerti perasaan Caca sendiri yang harus menerka-nerka. Caca uda benar-benar utuh jadi perempuan bodoh rasanya”.

Mei:“itu dia masalahnya, waktu ditanyain takutnya dia nganggap kita agresif tapi kalau ga ditanyain tanpa sadar kita sudah ter’gantung’”.

Caca:“Hmm.  Caca ngerti kenapa dia gitu. Karna terus-terusan disakitin cewe. Tapi apa Caca keliatan seperti cewe-cewe dia sebelumnya? Justru Caca juga pernah tersakiti sama masa lalu Caca”.

Mei:“Menurut Mei alasan Mika itu lama kelamaan cuma tameng aja buat dia dan kurang bisa diterima. Toh kenyataannya kita ga tau ke depan siapa yang duluan nyakitin. Yang namanya hubungan pasti ada saat-saat kek gini. Tapi kalau dua duanya udah niatnya satu ya pasti mencari jalan untuk setiap masalah yang ada”.

Caca: “Iya Mei. Caca cuma ga ingin nyakitin siapa-siapa, karna Caca ga pernah pantas untuk menyakiti siapapun. Tapi sekarang coba lihat apa yang terjadi? Caca uda menyakiti orang yang sama sekali engga Caca kenal. Seandainya Mas Tommy datang di waktu yang berbeda mungkin hal ini ga perlu terjadi. Dan sekarang Caca sedang menunggu orang yang tidak pernah tau kalo Caca nungguin orang itu. Caca nunggu Mika Mei. Tapi dia ga pernah tau Caca nunggu dia. Dan Caca ga pernah cerita tentang Mas Tommy sama dia, karna Caca ga mau nyakitin dia dan Caca juga ga mau nyakitin mas Tommy”.

Curhatan itu begitu panjang. Tanpa aku tau kalo aku sudah menuai resiko yang besar dan salah. Aku sudah melakukan hal bodoh dan gegabah. Seharian Mika tidak menghubungiku. Tidak seperti bisanya. Dan fikiranku berujung kalo Mika sedang mencoba menjauhiku lagi. 

“Mei. Kayanya Mika jauhi Caca lagi ya?” tanyaku ketika Mei menemuiku esok harinya.

“kenapa kepikiran gitu?” jawab Mei. 

“Mika ga hubungi Caca seharian. Caca dijauhi lagi. Huuu” keluhku. 

“kemarin Mei sempet ngomong sama Mika, Ca”

“nogomong apa Mei?” aku benar-benar kaget dan ga nyangka kalo Mei akan langsung terus terang pada Mika. Sekarang aku tau alasan Mika menjauhiku. 

“katanya Mika tau kalo Caca juga suka dia, cuma dia ga bisa berkomitmen dengan alasan yang ga bisa diceritakan”.

“mungkin setelah Mei ngomong gitu dia jauhin Caca”

“sorry Ca, Mei ga bermaksud kaya gitu”.

“iya Mei. Tau koo. Ga apa-apa” jawabku lesu. 

“Mei nanya kenapa Mika ga jadian terus sama Caca. Kayanya Caca serius suka sama Mika. Kan komitmen itu bukan langsung nikah besok. Kan bisa berjuang sama-sama untuk masa depan, udah deh Ca mending Caca ga usah berharap sama Mika. Dia datang terus pergi terus datang lagi dan sekarang pergi lagi. Semua itu malahan ngebuat Caca makin suka dan berharap kan?”

“Caca ga masalah digantungi Mei tapi jangan sampe dijauhi kaya gini lagi. Hmm ntahla Mei. Caca masih mau nunggu tapi Mei...” aku mulai terisak. Terisak karena harus dijauhi Mika lagi. Saat ini aku benar-benar lemah. Aku juga tidak tau harus berbuat apa. Sungguh bodoh. 

To be continued . . .

Previous: Gerhana

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel