Hujan
18 July 2017
32
Hujan |
Pagi ini aku bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan dengan roti, sosis, telur, dan keju. Aku memanggangnya. Ku santap ditemani susu coklat panas.
previous: Cup of Coffee
Aku masih melakukan solat istikharahku dan masih tidak peduli dengan mimpi-mimpi yang aku alami tentang Mas Tommy. Kalau memang dialah takdirku aku tidak akan pernah bisa merubahnya. Ku awali hariku dengan semangat dan kulangkahkan kakiku dengan riang.
Siangnya Mei dan Tari mengajakku makan siang. Ternyata mereka juga mengajak Mika. Ya Mika juga ikut hari ini. Mei dan Tari semotor, sedangkan aku mau tidak mau harus semotor dengan Mika. Tentu aku tidak dapat bergembira akan hal itu.
“eh Ca, tadi Mika langsung mau lho waktu diajak makan siang” ucap Mei setengah berbisik padaku.
“Hmm. Gitu ya” jawabku lesu.
“Iya loh Ca” timpal Tari.
Sebelum menuju ke tempat makan, hujan turun dengan tiba-tiba. Aku memakai baju putih yang tentunya jika kebasahan akan transparan dan badanku akan terlihat jelas. Begitu juga dengan Mika.
“Eh gimana ni, hujan. Mika pakai baju putih Caca juga. Kalo kita keujanan tau sendiri kan” panik Mika.
Aku adalah pecandu hujan. Aku sangat mengagumi air yang jatuh entah dari mana itu yang mengenai pipi-pipiku. Setiap tetesnya memberikan kebahagiaan dan kedamaian pikiran untukku. Niat untuk bermain hujan terbesit begitu saja dan kini sirna karna aku harus mengalah. “ya uda kita tunggu reda aja sebentar” jawabku.
Setelah hujan reda kami berempat menuju tempat makan siang. Kami memilih kantin Jepang. Aku memesan ramen, begitu juga dengan Mika. Sedangkan tari dan Mei memesan takoyaki dan okonomiyaki. Aku menikmatinya, begitu juga dengan yang lain.
To be continued . . .