Cup of Coffee

                                                                              

31

Cup of Coffee

Senin, kebanyakan orang menyambut hari senin dengan rasa ogah-ogahan. Bayangan pekerjaan yang mengantri dan jalanan yang macet membuat orang-orang kebanyakan mengalami syndrom ‘i hate Monday’ atau ‘monsterday’. Seharusnya Senin menjadi awal untuk memulai semangat dan aktivitas yang baru. Tetapi tak bisa kupungkiri terkadang aku juga mengalami syndrom tersebut. 

Previous: No Lough and No Love

Mei, Tari dan Mika ke kampus seperti biasanya dan mereka menyusuliku ke ruangan karna ada hal yang mereka harus kerjakan juga. Tari dan Mei duduk di sebelah dekat meja kerjaku. Sedangkan Mika duduk di ruangan sebelah yang disekat oleh kaca dan mulai mengeluarkan laptop dan kertas-kertasnya. 

“Ca, kami mulai geram sama sikapnya Mika. Tari mau terus terang aja ya Ca. Ga tahan kami lihat sikap Mika yang terus-terusan maju mundur cantik gitu” ucap Tari tiba-tiba. 

“Entahlah, Tar. Caca ga apa-apa koo. Asalkan bisa ngeliat Mika aja Caca uda senang” belaku. 
“Tapi Caca ga bisa kaya gitu terus. Caca harus tegas” bantah Mai. 

Aku hanya bisa tersenyum getir. Kenapa mereka pada kompak menyerangku, benakku. Aku duduk terdiam dan mengerjakan beberapa pekerjaanku. 

Tari mengajak Mika keluar untuk membeli beberapa cup kopi. Aku dan Mai menunggu di ruang kantorku. 

Tari memulai pembicaraannya dengan Mika ...

“Mik, sebenarnya sekarang Caca ada yang ngajak taarufan loh. Mika ga takut Caca diambil orang?” lontar Tari lebih mirip membombandir Mika. 

“Hmm, ntahla Tar. Kalo memang jodoh ga akan kemana kan? Mika ga berani ngasi kepastian buat Caca, Tar. Takut itu akan nyakitin Caca”. Mika terlihat lesu. 

“jangan nanti cincin uda melingkar di jari Caca baru Mika menyesal” tegas Tari. 

“iya Tar. Mika ga apa-apa tersakiti asalkan Cacanya engga”.

“Iya tapi Mika jangan jauhi Caca gini dong” Tari telihat gusar. 

“Hmm iya Tar. Mika hanya takut. Mika takut Caca tersakiti karna Mika”

“pesan Tari itu aja. Jangan sampe Mika nyesal aja”

“Hmm”

Mika dan Tari pun kembali. Mika membawakan pesanan hot chocolate ku. 

“Thanks Mik” ucapku.

Mika membalas senyum dan kembali duduk di tempatnya. 

To be continued . . . 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel