Kisah Klasik

Kisah Klasik

Aku terburu-buru keluar dari kelas masih lengkap dengan menggunakan seragam merah putihku. Rok selutut, baju kemeja yang dimasukkan ke dalam dan rambut yang dikuncir satu. Aku mengejar temanku mengikutinya untuk menyebrangi jalan yang padat hilir mudik pengendara. 

"Hei tungguuu" teriakku.

"Buruan Nabila" teriak temanku yang bernama Rahma. Kami menyebrangi jalanan bersama. Kemudian terus menyusuri jalan menjauhi SD tempat kami bersekolah. Aku masih kelas 3 SD. 

"Hari ini kita main apa?" tanyaku penasaran. 

"Gimana kalau hari ini kita main masak-masakan terus nanti kita ajak yang lain juga Nova, Zidda, dan lain-lain" 

"Boleh-boleh" anggukku kencang sangat bersemangat. 

Aku berjalan lebih cepat. Sesampainya di rumah aku segera ganti baju. Di rumah hanya ada nenekku yang sedang duduk di teras sambil mengupas beberapa butir melinjo. Sedang orang tuaku sedang berada di kantornya. Aku pamit pada nenekku untuk bermain sambil membawa sedikit minyak goreng dan beberapa hal yang bisa aku bawa untuk keperluan main masak-masakan. 

"Mak, main dulu ya di rumah Rahma" aku memanggil nenekku dengan sebutan 'Mak'.

"Ga ngaji kamu?" tanya nenekku. Jadwal ngajiku siang tepat setelah pulang sekolah. Tapi aku berencana bolos hari ini bersama teman-temanku. Aku langsung lari menuju rumah temanku. Hihihi

"Hei aku datang. Mana yang lain?" tanyaku masih ngos-ngosan akibat berlari cepat seolah-olah badanku ikut terbawa. 

"Belum nyampe. Mereka katanya nyari bahan dulu. Kamu bawa apa?" tanya Rahma

"Aku bawa minyak goreng sama ikan teri" 

"Oke" 

Kami menuju ke sebuah tanah kosong dan mulai membuat tungku-tungkuan juga membakar beberapa ranting kayu sambil menunggu yang lain datang. Di tengah-tengah kami bermain, sayup-sayup aku mendengar seseorang menyebut namaku. 

"La..."

"Bil..Laa..."

"Nab...laa"

"Nabila....."

"NABILA....."

Aku semakin jelas mendengar namaku. Kali ini begitu jelas. 

"Hei banguuun. Uda jam berapa ini" Ibuku membangunkanku yang ternyata tertidur ketika sedang membaca buku. 

Aku mengucek mataku pelan. "hmm iya.." jawabku lesu. 

Kisah Klasik

Kebetulan hari itu (30 Maret 2018) aku memanfaatkan tanggal merahku untuk mengunjungi keluargaku. Aku berada di rumah beberapa hari setelah izin 'bolos' kuliah di hari Sabtu dan Minggu. 

Aku mengenang beberapa keping kenangan masa kecilku yang sangat aku rindukan. Dengan gontai aku bangkit dari kasur menuju keluar dan melihat sekitar. Aku beranjak lebih jauh dan menuju lapangan kosong ke tempat-tempatku bermain dulu. Aku mengunjungi ke tempat yang dulu pernah kami jadikan rumah pohon dan kalau dilihat sekarang pohonnya semakin membesar namun tempatnya semakin kecil untuk aku duduki yang kenyataannya tidak ada satupun papan yang tertinggal di 'rumah pohon' tersebut. Aku berdiri beberapa saat sambil mengingat kembali apa saja yang telah aku lewati. Kenangan itu terlintas begitu samar.

Kisah Klasik

Kemudian aku beranjak ke tanah kosong lainnya tempatku sering menghabiskan waktuku bersama Rahma dan yang lainnya. Tempatku yang dulu pernah main masak-masakan atau tempat kami menghabiskan bekal kami di beberapa tanah kosong. Namun sekarang tempat itu tidaklah lagi kosong nan rimbun akan pepohonan. Tempat itu sudah dimanfaatkan menjadi lapangan Volly. 

"Aku tidak bisa kembali mengecil kan?" fikirku. 

"Aku sudah benar-benar jauh dari kata kecil sekarang" lanjutku lagi.

Kenangan itu benar-benar membunuhku dan memaksaku menerima kenyataan bahwa aku sudahlah tergolong manusia dewasa yang tidak bisa lagi aku ulangi untuk menikmati beberapa bekal di rumah pohon yang kami bangun. 

Kisah Klasik

Kenyataannya saat ini adalah teman yang aku maksud sudah bekeluarga yang beberapa hari yang lalu baru melahirkan anak pertamanya. Aku? (ga usah nanya aku please >,<). Dan nenekku telah tiada. Sedang aku disini masih berfikir untuk kembali ke masa itu hanya untuk melepas rindu. 

Kisah klasik

Aku rindu dimana ibu memanggilku tidak dengan panggilan telfon tapi meneriakiku dari kejauhan. Aku rindu dimana aku menghabiskan waktu tanpa perlu khawatir berkepanjangan. Aku rindu dimana aku sering menikmati senja dilapangan tanah kosong bukan dengan tatapan kosong. 

Kisah Klasik


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel