Kekhawatiranku

41

Kehawatiranku 'Can't You See Me?'
Kekhawatiranku

Keesokan harinya.....

Aku sudah menunggu kedatangan Mas Tommy. Aku menyiapkan sekedar buah-buahan dan beberapa cangkir teh hangat untuk menjamunya. Aku sedikit gugup untuk menyambut kehadirannya. Duduk kemudian berdiri. Kemudian duduk kembali dan melangkah mengitari seluruh ruangan. Aku kelihatan seperti orang tolol. 

Sesaat kemudian Mas Tommy tiba bersama mamanya. Aku dan Mas Tommy memilih duduk diam. Aku tidak mengerti apa yang harus aku bicarakan. Aku hanya mendengar ruangan itu dipenuhi cerita tentang keluarganya yang sesekali tersirat makna kebersamaan kami dan memojokkanku dengan Mas Tommy yang seakan-akan kami ingin dinikahkan hari itu juga. Aku terperanjat. Ibuku mengalihkan pembicaraaan setelah melihat ekspresiku yang lesu dan terlihat gugup. Tak lama kemudian mereka berpamitan. 

Aku membereskan jamuan teh itu. Mamaku ke luar ke halaman bersama Papa dan kakak laki-lakiku. Aku masih lesu. Pikiranku kosong. Segera aku berlari ke kamar dan mengunci diri dari dalam. Aku menangis sesungukan. Aku tidak mengerti kenapa aku menangis. Aku hanya merasa saat ini suasana hatiku sangat buruk dan semangatku lenyap begitu saja. 

Saat ini yang ada difikiranku hanya ada Mika. Mika dan Mika. Aku merasa sangat aneh kenapa begini. Bahkan di saat aku putus cinta dulu aku masih bisa menahan tangisku jika aku berada di hadapan keluargaku. Namun kali ini aku tidak bisa menahannya. Seakan-akan air mata itu jatuh begitu saja. Air mataku mengalir deras. Aku benar-benar bingung.

Ku raih handphoneku dengan tanganku yang bergetar. aku mencari kontak yang berawalan huruf ‘M’ Mika. “Mika” aku hanya mengetik 4 huruf itu dan mengirimnya. Tak lama Mika membalasnya. 

Mika: “Iya, Ca. Kenapa?”

Aku tidak bisa mengetik lagi. Tanganku terus bergetar, air mataku terus mengalir. 

Mika: “yang manggil ngilang” balas Mika kembali dengan candaannya. Aku tersenyum getir. Kuputuskan aku tidak menceritakan apa yang aku rasa. Aku mengikuti candaanya meskipun air mataku enggan pergi. 

Tak berapa lama .....

Mama masuk dan aku segera menyeka air mataku. Mama memanggilku, aku keluar dengan malasnya. Namun air mataku tidak mau berhenti  mengalir. 

“kenapa” tanya mamaku panik.

“ga kenapa-napa” jawabku terpatah-patah.

“ga kenapa-napa koo nangis? Dimarahin Mas Tommy?”

“engga” gelengku

“Terus kenapa?”

“inget Mika” jawabku akhirnya terbata-bata. 

“Inget apa?”

“ntah” gelengku. Air mataku semakin deras. 

“sayang sama Mika?”

“iya” anggukku langsung. 

“ya mau gimana lagi Ca, Mika sendiri yang pernah jauhin Caca. Mika juga ga pernah bilang kan gimana perasaan Mika ke Caca kan?”

“Iya, tapi Caca uda terlanjur sayang sama Mika Ma” aku kembali berlari ke kamar dan mengunci diri hingga akhirnya aku terlelap dalam kelelahan.

previousGelisah

to be continued . . .

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel